BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS »

Jumat, 18 Desember 2009

KHO PING HOO


Buat mereka yang pernah merasakan indahnya jadi remaja di tahun 1980, pasti gak asing dengan cerita silat karangan Kho Ping Hoo. Itu nama seorang pengarang keturunan Tionghoa yang sudah almarhum di tahun 1994 (tepatnya tanggal 22 Juli 1994). Jadi sudah 15 tahun Kho Ping Hoo tiada. Gak jelas berapa judul sudah ditulis Kho Ping Hoo. Tapi dengan membaca serial silatnya, kita seakan-akan diseret masuk ke alam dunia yang lain, ke masa dimana dinasti kekaisaran china masih bertahta di masa lalu.



Buatku, membaca karangan Kho Ping Hoo itu membius. Jalinan ceritanya apik, konfliknya menegangkan. Tapi ada 3 unsur yang tidak pernah lepas dari semua cerita silat yang dia tulis, unsur kungfu, cinta segitiga, dan balas dendam. Jarang-jarang ada penulis yang punya talenta sekaliber Kho Ping Hoo. Dia sangat unik, penuh ide, punya fantasi yang luar biasa tentang China dan orang-orangnya di masa lalu. Seolah dia tahu betul seperti apa keadaan nenek moyangnya saat itu, berikut sikap dan kebiasaan mereka. Padahal Kho Ping Ho lahir di Sragen (17 Agustus 1926), dan tinggal di Solo sampai akhir hayatnya, tempat yang berjarak ribuan kilometer dari China. Luar biasa…..

Rasanya sudah lamaaa sekali aku terakhir kali membaca cerita silat Kho Ping Hoo, kayaknya sejak aku lulus SMA. Kemarin, saat sedang berbelanja ke Matraman, aku lihat lagi tumpukan-tumpukan buku Kho Ping Hoo yang dicetak dengan kertas baru yang lebih berkilap dari pada buku tempo dulu. Kertas di dalamnya juga lebih bagus, lebih putih. Buku-buku itu dijual terikat dengan simpul mati tali plastik warna putih. Satu jilid berisi 20 atau lebih buku kecil.

Aku jadi membanding-bandingkan dengan buku Kho Ping Hoo yang pernah aku sewa dari rental buku cerita saat aku masih remaja dulu. Rasanya buku-buku yang sekarang (meskipun ukurannya sedikit berbeda, agak lebih kecil) tampak lebih wah ! Ada gak ya yang sekarang masih punya pikiran menyewakan serial Kho Ping Hoo seperti dulu ? Atau anak-anak sekarang itu terlalu makmur hingga mereka semua mampu beli buku Kho Ping Hoo mereka sendiri ? Hmm…, melihat banyaknya tumpukan cerita silat yang tergolek disana, rasa-rasanya cuma segelintir orang yang masih punya minat membaca Kho Ping Hoo.

“Apa sih, Bu ?”, tanya anakku sewaktu aku menimang satu jilidnya. Alisnya berkerut heran.

“Ini buku silat…”, kataku.

“Buku silat ? Buat apaan ?”, tanya anakku lagi.

“Ini buku cerita silat, ya buat dibaca to, Dik. Mau ?”, tanyaku padanya.

“Enggak ah…, gak ada gambarnya…”, jawab si ucok yang baru berumur 8 tahun itu. Untung dia gak mau !, kalau tidak, aku bisa pusing tujuh keliling kalau sampai dia membaca bagian-bagian cerita yang muatannya 17 tahun ke atas ! Slamet-slamet….

Ya…, kadang-kadang memang Kho Ping Hoo menyisipkan adegan cerita yang agak-agak nyerempet UU Pornografi. Namanya juga buat memikat pembaca yang kebanyakan masih remaja bau kencur, orang-orang yang masih haus akan pengalaman cinta dan “adu rasa”. Untung saja Kho Ping Hoo membuat cerita silat itu jauh-jauh hari sebelum ditetapkan UU Pornografi ya ? Kalo tidak, bisa-bisa bukunya dibreidel.



Sudah lima belas tahun Kho Ping Hoo meninggalkan kita, sekian tahun pula tidak ada lagi pengarang yang bisa menulis sebersahaja dia. Meskipun ada satu atau dua, rasa-rasanya baru Langit Kresna Hariyadi yang hampir bisa menyamai kepiawaiannya saat ini. Baru hampir sama, karena Langit Kresna Hariyadi baru menulis beberapa buku saja. Meski bentuknya sangat berbeda, Kho Ping Hoo menulis dalam buku kecil secara berseri, sedangkan Langit Kresna Hariyadi menulis dalam bentuk novel.


Moga-moga masih akan ada banyak lagi pengarang yang mau menulis cerita secantik Kho Ping Hoo. Bila saat itu tiba, aku tak akan segan merogoh kocek untuk membelinya.

0 comments: