BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS »

Jumat, 18 Desember 2009

MATI DIPANGKU


"Wah, kalau Pak Danu yang pakai tampak gagah, lho...! Cocok sekali ya, Mbak Nik ?!", kata Mbak Fulan pada asistennya di sebuah butik. Si asisten tersenyum lebar, lalu mengiyakan.

Pak Danu senang bukan kepalang, batik sutra harga jutaan itu langsung dibelinya. Pujian si bakul butik itu pas mengena.

*

"Kok ?!, bayarnya cuma separo ?", protes Marni pada seorang pembeli sprei.

"Separo dulu laaah.... Separonya lagi minggu depan. Mbak Marni kan pedagang gede, masak satu sprei baru dibayar separo saja dipikirin ? Minggu depan, ya ?", kata si pembeli yang memang sudah kenal lama.

"Lha kalau semua cuma bayar separo melulu 'kan bisa bangkrut saya nanti ?", kata Marni.

"Alaaah, cuma sekali ini. Minggu depan deh, ini mau saya pakai buat nyumbang Bu Ramelan. Kalau dia suka pasti dia akan tanya dimana saya beli sprei. Nanti biar saya kasih tau, 'Itu, lho, yang jual Mbak Marni yang orangnya cantik yang punya toko gede di Gang Melati...'. Siapa tau Bu Ramelan juga mau beli dari Mbak Marni, to ?", bujuknya lagi.

Marni jadi habis kata-kata.

*

"Apa lebihnya dia dari aku ?", tanya Mona gusar, pada Ardi pacarnya.

"Mau tau ? Dia memuji apapun yang aku lakukan,dan kamu selalu mencela !", jawabnya ketus.

Hubungan keduanya yang sudah berlangsung setahun lamanya pun putus di sana.

*

"Kalau mau urusan sama orang Jawa itu harus mau memuji...", kata seorang teman suatu kali.

"Kenapa ?", tanya saya heran.

"Seperti tulisannya (hanacaraka), orang Jawa kalau dipangku mati...", jawabnya kalem.



0 comments: